Kenapa seorang anak ketika belajar di
rumah itu bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah itu bisa,
bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga
bisa, soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba
nilainya jelek. Nah apakah Anda pernah punya masalah seperti ini? Anda
yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti ini.
Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak Anda yang tadi
malam belajar sudah bisa semua, tapi ketika ulangan ternyata ulangannya
dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin Anda bisa
memakluminya, tapi jika ini terjadi berulang kali, Anda pasti mulai
jengkel pada anak Anda. bahkan bisa jadi Anda frustasi dan kemudian
malah mengeluarkan kata-kata negative.
Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa
sewaktu di rumah, dan kemudian gagal waktu dia ulangan. untuk hal-hal
yang sama dan itu berulang kali, maka Anda perlu curiga bahwa anak ini
mengalami kecemasan yang tersembunyi. Anda pasti bertanya nggak mungkin?
Dia cemas dari mana? Kenapa koq dia cemas?
Kecemasan yang tersembunyi ini
disebabkan oleh banyak faktor. Ya , jadi bisa jadi tuntutan yang
terlalu tinggi dari kita orang tua atau mungkin bahkan dari gurunya.
Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kwalitas optimalnya.
Sehingga ketika ulangan,yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak
bisa memenuhi tutuntan dari si orang tua. Atau tuntutan dari gurunya
mungkin. Nah Anda tahu, Ketika kita itu cemas maka kita tidak bisa
berpikir secara jernih.Anda tentu pernah mengalaminya bukan? ketika Anda
sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa
jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas
karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,atau keharusan untuk menguasai
sesuatu.
Ketika mereka merasa tidak mampu,kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba “blank”, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah Anda pada saat dulu Anda kuliah?mungkin masih SMA bahkan?Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah belajar,hal tersebut. nah ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi Anda harus mengumpulkan,dan waktunya habis. okey makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa. Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “aaahhh” kenapa tidak dari tadi munculnya, Anda pasti menggerutu pada diri Anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?
Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka
ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan –
tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi
diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya.
Ya,kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tapi begitu
nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka. “Kenapa sih nilai kamu koq jelek ?” Jarang sekali ada orang tua yang mengatakan, “oh iya saya bisa memahami kamu nak, apa yang mama / papa bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi?”.
Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu
lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak
ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin
nilainya jelek tentunya.Tapi kenyataan yang dihadapi lain.
Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia.
Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di
lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, “aduh kalau saya jelek lagi saya pasti dimarahi lagi”, “saya pasti mengecewakan mama saya”.
Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah
gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan pada mamanya saya takut
ma, “kenapa takut?” Tanya mamanya. “Saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek”.
Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah, dari kejadian
tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “mama nga masalah dengan nilai mu”. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orang tua hanya mengatakan, “nggak… nilai berapapun saya nggak masalah koq”.
Tapi ternyata itu hanya di mulut saja. kenyataannya si anak merasakan
hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.
Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana
caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari
nilainya. Ingat sebenernya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah
bisa atau belum.Berbahagialah ketika nilai anak Anda jelek. Karena apa?
Sekarang Anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik
harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa
kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau
bodoh.
Oke, sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang
pernah di terima seorang anak bisa di rumah, bisa di sekolah. Misalnya ,
Ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita marah-marahin dia,
bahkan mungkin di hukum. Suruh berdiri di pojok, nggak boleh makan. Atau
apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia menerima
perlakuan itu,maka perlakuan itu akan membekas di memorinya. Berikutnya
ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan maka yang dia liat di lembar
soalnya bukan soal yang harus dibaca, tetapi wajah orang tuanya yang
sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam
pikirannya. Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian
dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orang tua
yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang
memalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari
tiba-tiba saja menjadi hilang,dan akhirnya ulangannya jelek.
Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya Anda perlu segera minta maaf pada anak Anda. Anda cukup mengatakan, “tempo hari waktu ulangan kamu jelek,dan kemudian papa atau mama marah sama kamu saat itu perasaan kamu bagaimana?”
apapun yang di jawab oleh anak Anda terima apa adanya. Misalkan dia
menjawab, Saya takutlah, saya merasa ini itu apapun itu Anda tinggal
ngomong “Oke Maaf, papa mungkin saat itu keceplosan ngomong. Atau
mungkin saat itu mama lepas control sehingga memarahi kamu terlalu
dalam. Tapi sebenernya maksud mama sangat baik. Kamu mau nggak maafin
mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek,
kita akan cari solusinya sama-sama dan kamu boleh tanya sama mama
bagaimana supaya jadi nilainya baik. Kamu pasti kepengen nilai kamu juga
baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak.
Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya
belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih
saying dan untuk di terima apa adanya.
Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkwalitas. Mungkin Anda bertanya, “ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya”.
Betul,saya percaya dan yakin bahwa setiap orang tua pasti memperhatikan
anaknya.Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok
dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan
perhatian di sini adalah perhatian yang berkuwalitas. Dalam arti kita
memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan Cuma memperhatikan
tugas-tugas yang dia harus slesaikan. Kebanyakan dari kita hanya
memperhatikan tugas –tugas yang harus di selesaikan oleh seorang anak.
Kita hanya memperhatikan kamu sudah ngerjakan PR belum? kamu sudah
belajar belum? pensil kamu sudah diraut belum? besok kalau ulangan kamu
sudah siapkan pensilnya/ bolpoint? Buku kamu sudah kamu siapin belum?
kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan
aspek-aspek perasaan dari si anak.
Padahal yang jauh lebih dibutuhkan seorang anak adalah perhatian akan
perasaan-perasaannya sehingga dia bener-bener di terima secara utuh oleh
orang tuanya. Anda bisa memberikan perhatian berkuwalitas ini dengan
lebih baik, dengan cara membaca artikel saya yang berjudul Tiga Kebutuhan Emosional Anak dan.. itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkuwalitas pada anak Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar