Orang-orang Pribumi
"Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama atas seluruh cahaya bintang (HR.Ahmad,At-Tarmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)"
Selasa, 27 Desember 2011
7 sifat pemimpin yang baik di sekolah
7 sifat pemimpin yang baik di sekolah
Istilah pemimpin dalam bidang pendidikan atau educational leadership mengacu pada pemimpin di sekolah yang berusaha memadukan tiga kepentingan yang utama di sekolah. Kepentingan tersebut adalah kepentingan guru, kepentingan siswa dan kepentingan orang tua. Dimasa sekarang sekolah menghadapi tantangan yang sangat berat dikarenakan sekolah diharapkan bisa menjadi jawaban dari berubahnya jaman dan banyaknya sumber pengetahuan diluar sekolah.
Seth Godin seorang ahli perubahan dan kepemimpinan menyarankan 7 sifat yang membuat pemimpin mampu menghadapi tantangan di abad 21, saya akan coba mencari hubungan dengan dunia pendidikan.
1. Challenge – Tantangan. Pemimpin yang baik memberi tantangan kepada komunitas sekolahnya. Tantangan disini tidak selalu dalam pengertian prestasi yang terukur, lulus UAN 100 persen misalnya. Walaupun hal tersebut juga bukan hal yang jelek tetapi mengapa tidak dicoba hal-hal lain. Sekolah bebas bullying, sekolah yang melek TIK atau mengefektifkan pembelajaran di kelas dengan perencanaan yang matang misalnya . Banyak hal yang bisa dijadikan tantangan, dan hanya pemimpin sekolah yang baik yang bisa membuat tantangan menjadi kenyataan. Terkadang terlalu tinggi menggantung standar juga akan berakibat tidak baik, hitunglah sumber daya dan keunggulan apa yang sekolah punyai. Baru kemudian tantangan atau target bisa dimulai dari sana. Ingat sukses yang besar dimulai dari sukses yang kecil-kecil
2. Culture – Budaya. Pemimpin yang baik secara sadar menciptakan budaya. Budaya tepat waktu, bisa dimulai dari hal yang kecil, tidak terlambat saat memulai rapat, atau masuk sekolah. Budaya menghormati orang lain bisa dimulai dengan mematikan HP saat rapat sedang berlangsung dan tidak berbicara satu sama lain saat ada orang yang berbicara didepan podium. Hal-hal yang sederhana namun diterapkan secara terus menerus bisa dengan mudah menjadi budaya positip di sekolah. Jangan lupa memberi selamat atau reward kepada guru atau siswa yang mempraktekan kebiasaan yang baik.
3. Curiosity – Ingin tahu. Pemimpin sekolah yang baik selalu ingin tahu. Selalu bertanya untuk segala kemungkinan yang terbaik. Jika ada guru atau siswa mengeluhkan mnegenai sesuatu hal, ia akan mengajarkan atau memberi contoh untuk mencari tahu apa yang mungkin bisa dilakukan sekaligus bersama-sama mencari jalan keluar. Memang sudah menjadi tugas pemimpin untuk menangani keluhan dari semua pihak, guru, siswa dan orang tua. Namun pemimpin yang baik bisa mendengarkan, memberi masukan sekaligus menyelesaikan dengan bijaksana.
4. Charisma - Berkarisma. Karisma bukan hal yang wajib bagi pemimpin. Orang seperti Soekarno memang berkarisma, buat kita yang orang biasa, berharap mempunyai karisma seperti beliau nampaknya hanya mimpi. Semua pemimpin sebenarnya dengan gampang bisa mempunyai karisma, tergantung caranya memimpin.
5. Communicate – Berkomunikasi. Pemimpin yang baik berbicara ‘dengan’ kita bukan berbicara’kepada’ kita. Merupakan sebuah hal yang berbeda bukan? Kedua istilah tersebut kelihatan sederhana. Namun terasa sekali bedanya. Ketika seorang pemimpinyang baik berbicara dengan staf, guru atau orang tua saat yang sama pemimpin menjadi pendengar yang baik, mau mengerti dan menempatkan harga diri rasa kepercayaan serta itikad baik terhadap orang lain diatas segalanya.
6. Connect – Terhubung. Pemimpin disekolah yang baik selalu terkoneksi dengan semua orang. Dengan cepat orang lain bisa tahu apa yang sedang dikerjakan olehnya. Caranya bisa bermacam-macam dari berbicara didepan rapat mengenai apa yang dilakukannya, menulis di bulletin sekolah sampai menulis blog di internet. Tidak usah dengan artikel yang panjang dengan dot points saja sudah cukup untuk memberi kabar pada semua orang yang terlibat dengan pekerjaannya sebagai pemimpin.
7. Commit – komitmen. Pemimpin yang baik menaruh komitmen yang tinggi terhadap kesejahteraan dan perasaan orang-orang disekitarnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang, tapi pemimpin yang baik tahu apa masalah mandasar yang semua orang inginkan dan rasakan. Juga tidak melulu masalah penggajian. Sebab kadang persoalan gaji di sekolah swasta tergantung dengan kemampuan sekolah dan banyak nya siswa. Masih banyak cara mensejahterakan bawahan, persoalannya pemimpin yang baik tahu cara mencari benefit atau keuntungan lain yang bisa didapat oleh bawahannya dengan bekerja di sekolah yang ia pimpin.
Senin, 26 Desember 2011
UJIAN NASIONAL 2012
Bagi Bapak/Ibu Guru dan pihak lainnya yang berkepentingan dengan
pelaksanaan Ujian Nasional 2012, link berikut berisi informasi yang
dapat di unduh berkaitan dengan pelaksanaan Ujian Nasional 2012.
download link di bawah ini :
semoga bermanfaat
Minggu, 25 Desember 2011
RPP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP 1,2,3 BER KHARAKTER
RPP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP 1,2,3 BER KHARAKTER
Tiga unsur penting dalam pendidikan karakter adalah keluarga, satuan
pendidikan (sekolah), dan masyarakat. Pendidikan yang baik dalam
keluarga dan sekolah mestinya didukung lingkungan masyarakat yang baik
pula. “Pendidikan dini, termasuk saat anak dalam kandungan dan khususnya
dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar dalam pendidikan
karakter anak pada tahap perkembangan kepribadiannya di kemudian hari”,
kata Drs Sunaryo M.Pd, pembicara pada sesi pertama.
Menurut Sunaryo, pendidikan karakter memadukan dengan seimbang empat
hal yakni, olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Olah hati
bermakna berkata, bersikap, dan berperilaku jujur. Olah pikir, cerdas
yang selalu merasa membutuhkan pengetahuan. Olah rasa artinya memiliki
cita-cita luhur, dan olah raga maknanya menjaga kesehatan seraya
menggapai cita-cita tersebut. Dengan memadukan secara seimbang keempat
anasir kepribadian itu anak akan mampu menghayati dan membatinkan
nilai-nilai luhur pendidikan karakter, jelasnya.
Untuk mengunduh rpp smp pai berkharakter klik download di bawah ini :
" Semoga bermanfaat "
Program Quran in word
Program Quran in word adalah merupakan program tambahan aplikasi didalam penulisan Al-Quran secara simpel dan cepat tanpa harus mengcopy dan menyalin dari file lain bahkan menulis atau mengetik dengan huruf arabic word di MS Office
caranya mudah :
tinggal klik instal program secara otomatis maka program tersebut secara langsung terinstal dan akan muncul di MS word di tampilan add in word atas .
Untuk mengunduh program Quran in word klik download dibawah ini .
"semoga bermanfaat "
Kamis, 08 Desember 2011
"Ciri – Ciri Anak Bermasalah "
“Mungkinkah mengetahui dan memastikan
apakah seorang anak itu bermasalah, dalam waktu 5-10 menit pertama saat
kita bertemu dengannya?” Jawabannya adalah “mungkin” dan “pasti”.
Pertanyaan yang sering saya ajukan kepada peserta seminar ataupun para
orangtua yang sedang bersemangat belajar dan mencecar saya dengan
berbagai pertanyaan seputar anaknya.
Rahasia tersebut akan saya bahas
sekarang, rahasia yang sering saya gunakan untuk menganalisa seorang
anak. Apakah dia bermasalah, bahkan setelah mempelajarinya dengan
seksama kita mampu meramal masa depan seorang anak. Wow, tenang ini
bukan obral janji, tapi ini pasti. Dari hasil menangani berbagai kasus
keluarga dan individu maka terbentuklah suatu pola yang akurat ditiap
individu. Kebanyakan klien saya jika memiliki masalah, kebanyakan
masalah tersebut dan sebagian besar masalah itu berasal dari 2 hal. Ini
juga rahasia (Rahasia dari ruang terapi saya), tapi akan saya bongkar
habis.
Baiklah 2 hal tersebut berasal dari :
- Keluarga (keluarga yang membentuk masalah tersebut secara tidak sengaja).
- Masalah tersebut berasal dari usia 7 tahun kebawah.
Keluarga, adalah faktor
penting dalam pendidikan seorang anak. Dimana sebagian sampai usia 18
tahun anak-anak diIndonesia menghabiskan waktunya 60-80 % bersama
keluarga. Manusia berbeda dengan binatang (maaf..) seekor anak kucing
yang baru lahir, bisa hidup jika dipisahkan dari induknya, dan banyak
binatang yang lain yang memiliki kemampuan serupa. Manusia tidak bisa,
sampai usia 18 tahun masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam
keluarga. Sukses seorang manusia tidak lepas dari “kehangatan dalam
keluarga”. Akan sangat banyak hal yang akan dikupas dari tiap tahun
kehidupan manusia dan kebutuhannya serta cara memenuhi kebutuhan
tersebut, terutama aspek emosi. Saya tidak akan meneruskannya, kita akan
bahas dikesempatan lainnya, kini kita kembali ke cara mengetahui ciri
anak bermasalah.
Usia 7 tahun kebawah?
Ada apa pada usia ini? Pada masa ini kebanyakan (85%) letak masalah atau
asal muasal masalah / hambatan seorang manusia tercipta. Istilah
kerennya Mental Block. Dan biasanya akan
terasa pada usia 22 tahun ke atas. Woo… segitunya? Ya Mental Block
seperti program yang seakan-akan dipersiapkan (karena ketidak sengajaan
dan ketidak tahuan orangtua kita) untuk menghambat berbagai macam aspek
dalam kehidupan kita. Aspek itu bisa berupa Karier (takut kaya, takut
jabatan tinggi) kesehatan (tubuh gemuk, alergi) Relationship (tidak
gampang cocok dengan pasangan/teman, paranoid) dan lain hal, serta masih
banyak lagi.
Ada apa dengan 7 tahun kebawah dan
disekitar 7 tahun pertama kehidupan manusia? Baiklah saya jelaskan, pada
masa ini kita membutuhkan, kebutuhan dasar Emosi yang harus terpenuhi
ingat HARUS terpenuhi. Jika pada masa ini lewat dan tidak terpenuhi
maka, akan terjadi Mental Block pada diri anak tersebut. Inilah asal
muasal dimana Mental Block terbentuk. Karena tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar Emosi yang dibutuhkan seorang manusia. Kebutuhan apa
yang dibutuhkan pada anak seusia itu? Sehingga fatal akibatnya (pada
masa dewasa anak tersebut) jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
Ada 3 kebutuhan yang harus dipenuhi pada
anak usia 0 – 7 tahun bahkan lebih, inilah asal muasal Mental Block
yang sering kali terjadi atau terasa sangat menganggu pada saat anak
tersebut dewasa. Yaitu :
1. Kebutuhan akan rasa aman
2. Kebutuhan untuk mengontrol
3. Kebutuhan untuk diterima
1. Kebutuhan akan rasa aman
2. Kebutuhan untuk mengontrol
3. Kebutuhan untuk diterima
3 kebutuhan dasar emosi tersebut harus
terpenuhi agar kita menjadi pribadi yang handal dan cerdas dalam
menghadapi hidup. Ini akan sangat panjang sekali jika dijelaskan, nah
mengingat kita membahas ciri – ciri anak bermasalah maka kita akan
kembali ke topic tersebut.
Sebenarnya ada 6 ciri anak yang
bermasalah, cukup kita melihat dari perilakunya yang nampak maka, kita
sudah dapat melakukan deteksi dini terhadap “musibah besar” dikehidupan
yang akan datang (baca: semakin dewasa) dan secepatnnya dapat melakukan
perbaikan.
Inilah ciri-ciri tersebut :Hal yang paling Nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.
Ingat akan kebutuhan dasar manusia? Tiga hal diatas yang telah saya sebutkan, nah kebutuhan itu sedang dialami anak. Kita hanya bisa mengarahkan dan mengawasi dengan seksama.
2. Kurang terbuka pada pada Orang Tua
Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
3. Menanggapi negatif
Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.
Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.
4. Menarik diri
Saat anak terbiasa dan sering Menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.
Saat anak terbiasa dan sering Menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.
5. Menolak kenyataan
Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih, kan mama da kasih contoh berulang-ulang”.
Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih, kan mama da kasih contoh berulang-ulang”.
6. Menjadi pelawak
Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima dirumah, kemanakah orangtua?
Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima dirumah, kemanakah orangtua?
Tiga Misteri Dibalik Nilai Anak yang Hancur
Kenapa seorang anak ketika belajar di
rumah itu bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah itu bisa,
bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga
bisa, soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba
nilainya jelek. Nah apakah Anda pernah punya masalah seperti ini? Anda
yang punya anak SD, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti ini.
Anda pasti merasa jengkel ketika mengetahui bahwa anak Anda yang tadi
malam belajar sudah bisa semua, tapi ketika ulangan ternyata ulangannya
dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin Anda bisa
memakluminya, tapi jika ini terjadi berulang kali, Anda pasti mulai
jengkel pada anak Anda. bahkan bisa jadi Anda frustasi dan kemudian
malah mengeluarkan kata-kata negative.
Nah apakah yang terjadi dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa
sewaktu di rumah, dan kemudian gagal waktu dia ulangan. untuk hal-hal
yang sama dan itu berulang kali, maka Anda perlu curiga bahwa anak ini
mengalami kecemasan yang tersembunyi. Anda pasti bertanya nggak mungkin?
Dia cemas dari mana? Kenapa koq dia cemas?
Kecemasan yang tersembunyi ini
disebabkan oleh banyak faktor. Ya , jadi bisa jadi tuntutan yang
terlalu tinggi dari kita orang tua atau mungkin bahkan dari gurunya.
Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kwalitas optimalnya.
Sehingga ketika ulangan,yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak
bisa memenuhi tutuntan dari si orang tua. Atau tuntutan dari gurunya
mungkin. Nah Anda tahu, Ketika kita itu cemas maka kita tidak bisa
berpikir secara jernih.Anda tentu pernah mengalaminya bukan? ketika Anda
sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa
jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas
karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,atau keharusan untuk menguasai
sesuatu.
Ketika mereka merasa tidak mampu,kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba “blank”, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah Anda pada saat dulu Anda kuliah?mungkin masih SMA bahkan?Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah belajar,hal tersebut. nah ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi Anda harus mengumpulkan,dan waktunya habis. okey makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa. Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “aaahhh” kenapa tidak dari tadi munculnya, Anda pasti menggerutu pada diri Anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?
Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka
ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan –
tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi
diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya.
Ya,kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tapi begitu
nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka. “Kenapa sih nilai kamu koq jelek ?” Jarang sekali ada orang tua yang mengatakan, “oh iya saya bisa memahami kamu nak, apa yang mama / papa bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi?”.
Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu
lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak
ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin
nilainya jelek tentunya.Tapi kenyataan yang dihadapi lain.
Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia.
Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di
lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, “aduh kalau saya jelek lagi saya pasti dimarahi lagi”, “saya pasti mengecewakan mama saya”.
Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah
gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan pada mamanya saya takut
ma, “kenapa takut?” Tanya mamanya. “Saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek”.
Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah, dari kejadian
tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “mama nga masalah dengan nilai mu”. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orang tua hanya mengatakan, “nggak… nilai berapapun saya nggak masalah koq”.
Tapi ternyata itu hanya di mulut saja. kenyataannya si anak merasakan
hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.
Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana
caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari
nilainya. Ingat sebenernya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah
bisa atau belum.Berbahagialah ketika nilai anak Anda jelek. Karena apa?
Sekarang Anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik
harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa
kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau
bodoh.
Oke, sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan negatif yang
pernah di terima seorang anak bisa di rumah, bisa di sekolah. Misalnya ,
Ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita marah-marahin dia,
bahkan mungkin di hukum. Suruh berdiri di pojok, nggak boleh makan. Atau
apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia menerima
perlakuan itu,maka perlakuan itu akan membekas di memorinya. Berikutnya
ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan maka yang dia liat di lembar
soalnya bukan soal yang harus dibaca, tetapi wajah orang tuanya yang
sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam
pikirannya. Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian
dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orang tua
yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang
memalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari
tiba-tiba saja menjadi hilang,dan akhirnya ulangannya jelek.
Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya Anda perlu segera minta maaf pada anak Anda. Anda cukup mengatakan, “tempo hari waktu ulangan kamu jelek,dan kemudian papa atau mama marah sama kamu saat itu perasaan kamu bagaimana?”
apapun yang di jawab oleh anak Anda terima apa adanya. Misalkan dia
menjawab, Saya takutlah, saya merasa ini itu apapun itu Anda tinggal
ngomong “Oke Maaf, papa mungkin saat itu keceplosan ngomong. Atau
mungkin saat itu mama lepas control sehingga memarahi kamu terlalu
dalam. Tapi sebenernya maksud mama sangat baik. Kamu mau nggak maafin
mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek,
kita akan cari solusinya sama-sama dan kamu boleh tanya sama mama
bagaimana supaya jadi nilainya baik. Kamu pasti kepengen nilai kamu juga
baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak.
Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya
belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih
saying dan untuk di terima apa adanya.
Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkwalitas. Mungkin Anda bertanya, “ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya”.
Betul,saya percaya dan yakin bahwa setiap orang tua pasti memperhatikan
anaknya.Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok
dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan
perhatian di sini adalah perhatian yang berkuwalitas. Dalam arti kita
memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan Cuma memperhatikan
tugas-tugas yang dia harus slesaikan. Kebanyakan dari kita hanya
memperhatikan tugas –tugas yang harus di selesaikan oleh seorang anak.
Kita hanya memperhatikan kamu sudah ngerjakan PR belum? kamu sudah
belajar belum? pensil kamu sudah diraut belum? besok kalau ulangan kamu
sudah siapkan pensilnya/ bolpoint? Buku kamu sudah kamu siapin belum?
kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan
aspek-aspek perasaan dari si anak.
Padahal yang jauh lebih dibutuhkan seorang anak adalah perhatian akan
perasaan-perasaannya sehingga dia bener-bener di terima secara utuh oleh
orang tuanya. Anda bisa memberikan perhatian berkuwalitas ini dengan
lebih baik, dengan cara membaca artikel saya yang berjudul Tiga Kebutuhan Emosional Anak dan.. itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkuwalitas pada anak Anda.
CARA MENDIDIK ANAK | TIPS ORANG TUA MENDIDIK ANAK
CARA MENDIDIK ANAK | TIPS ORANG TUA MENDIDIK ANAK
Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ? Maka jawaban Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih “Harimau yang memakan anaknya sendiri”, atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda :
1. Kurang Pengawasan
Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies – Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.
2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu Muka
Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda.
4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh.
5. Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
6. Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.
7. Mengabaikan Kata Hati
Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu”.
8. Terlalu Banyak Nonton TV
Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi
Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.
10. Bersikap Berat Sebelah
Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.
Langganan:
Postingan (Atom)